Utang Pemerintah Naik Jadi Rp 4.680,19 Triliun di Agustus 2019

 Posisi utang pemerintah per akhir Agustus 2019 tercatat sebesar Rp 4.680,19 triliun. Angka ini naik Rp 76,57 triliun juga dibandingkan posisi utang pemerintah di akhir Juli 2019 sebesar Rp 4.603,62 triliun.

Berdasarkan data 'APBN Kita Edisi September' utang pemerintah berasal dari dua sumber. Yakni utang yang berasal dari pinjaman sebesar Rp 798,28 miliar dan surat berharga negara (SBN) berjumlah Rp 3.881,91 triliun.

Porsi pinjaman terdiri dari pinjaman dalam negeri sebesar Rp 7,69 triliun dan pinjaman luar negeri Rp 790,59 triliun. Jika dirinci, pinjaman luar negeri terdiri dari bilateral Rp 316,37 triliun, multilateral Rp 435,13 triliun, dan komersial Rp 39,09 triliun.

Sementara, porsi surat berharga negara (SBN) terdiri dari denominasi rupiah dan valas. Adapun SBN denominasi rupiah jumlahnya mencapai Rp 2.833,43 triliun. Ini terdiri dari surat utang negara (SUN) Rp 2.343,65 triliun dan SBSN Rp 489,78 triliun.

Sedangkan untuk denominasi valas sebesar Rp 1.032,6 triliun yang terdiri dari SUN Rp 832,08 triliun dan SBSN Rp 216,4 triliun. Adapun rasio utang pemerintah terhadap PDB menjadi 29,80 persen.


Pembiayaan Utang


Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi pembiayaan utang hingga akhir Agustus 2019 mencapai Rp 284,78 triliun atau 79,3 persen target APBN.

Realisasi ini terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 290,74 triliun atau 74,7 persen target APBN dan realisasi Pinjaman sebesar negatif Rp 5,97 tirliun atau 20,1 persen target APBN.
"Realiasi Pinjaman yang mencapai angka negatif disebabkan oleh realisasi pembayaran cicilan pokok Pinjaman Luar Negeri yang lebih besar dari pada penarikan Pinjaman Luar Negeri, namun sebaliknya, untuk Pinjaman Dalam Negeri penarikan pinjaman lebih besar dibandingkan pembayaran cicilan pokok," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani, Jakarta, Selasa (24/9/2019).

Hingga akhir Juli 2019, pemerintah telah membayarkan cicilan pokok Pinjaman Dalam Negeri sebesar Rp 0,58 triliun atau 39,3 persen dari target APBN. Sementara cicilan pokok Pinjaman Luar Negeri telah dibayarkan sebesar Rp 49,29 triliun atau 54,5 persen target APBN.

Sementara itu, Penarikan Pinjaman Dalam Negeri mencapai Rp 1,0 triliun atau 51,1 persen target APBN dan penarikan Pinjaman Luar Negeri mencapai Rp 42,90 triliun atau 71,2 persen target APBN.

Menurut dia, realisasi pembiayaan utang yang telah mencapai Rp 284,78 triliun hingga akhir Agustus 2019 sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan belanja produktif di sektor prioritas yang mendesak, seperti belanja infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan.

"Ditengah terbatasnya kapasitas fiskal Pemerintah serta didorong oleh kebutuhan belanja produktif yang tidak bisa ditunda, utang menjadi alat Pemerintah untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut," ungkapnya.

Pemerintah mengarahkan pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif yang diwujudkan dengan pengadaan pinjaman kegiatan dan penerbitan SBN berbasis proyek yang mendukung program pembangunan nasional. Dari sisi pembiayaan berbasis syariah, Pemerintah juga terus mengembangkan berbagai terobosan seperti penerbitan Project Financing Sukuk dan Green Global Sukuk.

Pemerintah juga berkomitmen untuk mengedepankan prinsip kehati-hatian (prudent), efisien, dan terukur (akuntabel) dalam mengelola utang, yang digambarkan pada strategi jangka menengah dan tahunan untuk mendukung pengadaan Pembiayaan dengan biaya minimal dan risiko yang terkendali.

Strategi tersebut tercermin dalam portofolio utang pemerintah yang selalu mengoptimalkan pembiayaan dalam negeri dan menggunakan pembiayaan luar negeri sebagai pelengkap. "Selain itu, Pemerintah juga berupaya meningkatkan pendalaman pasar domestik dengan mengoptimalkan penerbitan SBN secara dalam jaringan (online)," tandasnya.

Share:

Menhub: 35 Persen Anggaran Sektor Udara untuk Papua

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menegaskan, Pemerintah, khususnya Kementerian Perhubungan tidak hanya memperhatikan konektivitas udara di rute-rute gemuk. Perhatian untuk meningkatkan konektivitas di wilayah 3T juga menjadi komitmen Pemerintah.

"Amanat yang diberikan kepada Kementerian Perhubungan bukan saja kota-kota besar, atau tempat wisata, tapi justru yang terluar, tertinggal, dan terdepan ini," kata dia, dalam Panel Diskusi bertajuk 'Polemik dan Prospek Industri Aviasi: Harga Tiket, Kompetisi, dan Efisiensi', di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Rabu (25/9/2019).

Sebagai contoh, lanjut Budi, Kementerian Perhubungan mengalokasi anggaran yang cukup besar untuk pengembangan konektivitas di Papua. Fasilitas yang dibangun Kementerian Perhubungan, kata dia, bisa berupa bandara atau fasilitas pendukung lain.

"Tidak mudah, tapi Kementerian Perhubungan selalu berusaha memberikan fasilitas. Sejumlah bandara kita bangun, sejumlah fasilitas kita bangun," jelasnya.

"Bahkan di Papua, yang merupakan daerah 3T menghabiskan 35 persen anggaran Kementerian Perhubungan di sektor udara itu adalah di Papua," imbuh Menhub.

Miliki Nilai Penting

Sebagai negara kepulauan, jelas Budi, konektivitas udara memiliki nilai penting bagi Indonesia. Terutama untuk mengakomodasi kebutuhan akan sarana transportasi udara di daerah terpencil.

"Kita lihat bahwa transportasi sangat penting. Apalagi Indonesia negara kepulauan. Nggak mungkin teman-teman kita yang di Rote dan Miangas itu berenang di laut," tegas dia.

Karena itu, Mantan Direktur Utama AP II ini mengharapkan, pihak maskapai pun dapat memberikan layanan hingga ke daerah 3T, meskipun tergolong dalam 'rute kurus'.

"Dibutuhkan satu atensi dari industri penerbangan. Kita tahu mereka tidak memiliki kemampuan untuk membayar yang sama seperti jalur-jalur gemuk. Kami tahu upaya menjangkau tempat-tempat itu dibutuhkan suatu effort, bahkan subsidi dari industri penerbangan," tandasnya.


Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Share:

Kondisi Politik Dalam Negeri Bawa IHSG Berada di Zona Merah

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus melanjutkan pelemahan hingga Rabu (25/9) siang ini. IHSG telah melemah selama 3 hari berturut-turut sejak senin lalu.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Laksono Widodo mengungkapkan saat ini, berita Indonesia di kancah internasional memang selalu terkait kondisi politik. Itu tentu saja mempengaruhi sentimen pasar terhadap kondisi di dalam negeri.

"Memang kebetulan berita yang keluar di Indonesia lebih banyak berita politik, itu tentunya cukup membawa pengaruh ke pasar," kata dia, saat ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (26/9/2019).

Pada pra pembukaan perdagangan hari ini, IHSG turun ke level 6.121,49. Pada pembukaan pukul 09.00 waktu JATS, IHSG lanjut terjun bebas hingga 49 poin atau 0,81 persen ke 6.088,09.
Sementara itu, indeks saham LQ45 juga turun 1,36 persen ke posisi 948,50. Sebagian besar indeks saham acuan bergerak di zona merah.

Pada awal pembukaan perdagangan, IHSG sempat menyentuh level tertinggi 6.126,86 dan terendah di 6.086,16.

Dia menjelaskan, berita politik erat kaitannya dengan perspektif investor. Terutama yang mengincar kondisi positif.

"Dalam arti kata, orang lagi mencari katalis positif namun kebetulan beritanya politik yang lagi kurang bagus. Mungkin penyebab utamanya boleh dibilang itu," keluhnya.

Kendati demikian, dia mengungkapkan investor belum terlalu menyoroti kisruh politik yang tengah terjadi di Indonesia. Sebab kondisi saat ini diperkirakan hanya berlangsung sementara waktu saja.

"Kondisi politik ini bisa berlarut larut sepertinya tidak. Kalau kita lihat kan sudah mencapai kata sepakat mengenai beberapa UU yang ditunda pembahasannya, dan kami lihat indeks masih merah hari ini tapi tidak parah banget. Jadi mungkin diharapkan dalam beberpaa hari ini kondisinya bisa lebih normal dalam arti sentimen politiknya kalau tidak berkelanjutan bisa balik lagi ke posisi yang lebih fundamental," dia menandaskan.


Penutupan

Setelah anjlok saat pembukaan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat.
Pada penutupan perdagangan saham Rabu (25/9/2019), IHSG menguat 8,79 poin atau 0,14 persen ke level 6.146,40. Sementara itu, indeks saham LQ45 melemah 0,04 persen ke posisi 961,12.
Sebanyak 197 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. Sementara 213 saham melemah dan 148 saham diam di tempat.

Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 428.567 kali dengan volume perdagangan 16,9 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 7,6 triliun.

Investor asing jual saham Rp 544,40 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.150.

Dari 10 sektor pembentuk IHSG, sebanyak tujuh sektor saham menguat. Peguatan terbesar dialami sektor perkebunan yang naik 0,82 persen. Kemudian disusul sektor industri dasar yang naik 0,71 persen dan sektor infrastruktur dasar menguat 0,50 persen.

Saham-saham yang menguat sehingga membawa IHSG ke zona hijau antara lain NZIA yang naik 50 persen ke Rp 330 per saham, BAPI naik 34,29 persen ke Rp 141 per saham dan OPMS menguat 24,65 persen ke Rp 354 per saham.

Sementara saham-saham yang melemah antara lain TFCO turun 24,64 persen ke Rp 422 per saham, ABMM turun 19,50 persen ke Rp 1.755 per saham dan MTSM turun 13,64 persen ke Rp 190 per saham.

Share:

Rupiah Melemah Imbas Demo Mahasiswa

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti menyebutkan hari ini nilai tukar Rupiah melemah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) karena beberapa faktor. Salah satunya adalah adanya aksi demonstrasi dalam dua hari ke belakang.

"Rupiah hari ini agak sedikit melemah di level 14.135 padahal kemarin kemarin Rupiah sudah anteng dibawah 14.100," kata dia, dalam sebuah acara diskusi di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (25/9/2019).

Mengutip Bloomberg, Rupiah dibuka di level Rp14.120 saat pembukaan pagi hari ini atau melemah dibanding penutupan sebelumnya Rp14.113. Usai pembukaan, Rupiah terus mengalami pelemahan. Hingga siang ini Rupiah berada pada level 14.135.

Selain dari sisi domestik, faktor eksternal dari kondisi global juga turut mempengaruhi pelemahan Rupiah tersebut.

"Gabungan, ada global, kemudian ada concern domestik ada demo dua hari ini, dan kok masih berlangsung itu menimbulkan gittery (kegelisahan) di pasar finansial kita," ujarnya.



BI Terus Ada di Pasar

Kendati demikian dia menegaskan BI selaku penjaga stabilitas moneter akan terus melakukan tugasnya dengan baik.

"Dan oleh karena itu upaya sedang kami jalankan bahwa menjaga stabailitas di pasar uang khsusunya di BI dan valas jadi satu keharusan jika inginkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan," tutupnya.

Berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.134 per USD. Melemah jika dibandingkan dengan patokan pada tanggal (24/9) yang ada di angka 14.099 per USD.

Berdasarkan data BI, pada September 2019, Rupiah mencatat apresiasi 0,9 persen secara point to point (ptp) dan 1,0 persen secara rerata dibandingkan dengan level Agustus 2019. Dengan perkembangan tersebut Rupiah sejak awal tahun sampai dengan 18 September 2019 tercatat

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Share:

Anak Usaha Pelindo II Tawarkan Kemudahan Bisnis ke Pengusaha Kawasan Berikat

PT EDI Indonesia (EDII), anak usaha Pelindo II, mengundang puluhan pelaku bisnis atau pengusaha kawasan berikat dan perusahaan dengan fasilitas Kemudahan Impor untuk Tujuan Ekspor (KITE), Gudang Berikat (GB) dan Pusat Logistik Berikat (PLB).

Pertemuan tersebut bertujuan untuk memperkenalkan layanan IT Inventory Generasi 2 (Invent 2) yang telah berhasil dikembangkan EDII dan mendukung percepatan implementasi IT Inventory bagi pegusaha.

Salah satu terobosan Invent 2 adalah sistem pelaporan IT Inventory sudah menjadi sub-system dari Enterprise Resource Planning (ERP) perusahaan.

Menurut Advisary Board EDII, Oktovan Rezman, aplikasi invent2 bertujuan untuk memudahkan dalam menghasilkan laporan secara real time dan akurat.

“Aplikasi Invent2 juga dilengkapi struktur database yang terpusat sehingga memungkinkan administrasi dan keamanan yang lebih baik sehingga risiko kehilangan data yang penting dapat dicegah,” terangnya.

Selain itu, dengan sub-system ERP pekerjaan menjadi lebih terstruktur sehingga tidak tergantung pada individu atau pekerja tertentu saja.

“Sistem ERP bagi sebuah perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas karena dapat mengelola dan mengintegrasi berbagai aktivitas operasional dalam proses atau kegiatan bisnis yang menjadi salah satu syarat untuk memenuhi ketentuan dalam peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Direktur Jendral Bea dan Cukai mengenai Fasilitas Gudang Berikat, KITE dan PLB,” tambah Oktovan.

Turut hadir, Kepala Seksi Evaluasi dan Harmonisasi Kebijakan Tempat Penimbunan Sementara Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Budi Kristanto.

Dia memberikan pemaparan tentang peraturan IT Inventory KITE dan dukungan pemerintah untuk kemudahan bisnis kawasan berikat.

Invent2 yang dikembangkan EDII ini diharapkan mampu mempermudah dan menjadi solusi bagi para pelaku bisnis yang mendapatkan fasilitas KITE, GB, dan PLB dalam mengintegrasikan kewajiban pelaporan kepada pemerintah dengan sistem internalnya.

Share:

Harga Emas Turun Akibat Ketidakpastian Politik di AS

Harga emas tergelincir 2 persen pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta). Hal ini membuat harga emas turun puncak tertinggi dalam beberapa pekan terakhir.

Penurunan harga emas tersebut didorong oleh ketidakpastian politik di Amerika Serikat yang berasal dari penyelidikan pemakzulan terhadap Presiden Donald Trump, kemudian mendorong investor menyimpan dolar dan membatasi daya tarik terhadap emas batangan.

Dikutip dari CNBCharga emas di pasar spot turun 1,8 persen menjadi USD 1.504.61 per ounce. Harga sebelumnya turun sebanyak 2 persen menjadi USD 1.501,55 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup turun 1,8 persen pada USD 1.512,3 per ounce.

Indeks dolar mencapai level tertinggi dua minggu pada minat safe haven di antara investor yang ingin melakukan lindung nilai terhadap risiko yang muncul dari penyelidikan terhadap Trump yang menuduhnya mencari bantuan asing untuk mengotori saingan dari kubu Demokrat Joe Biden menjelang pemilihan tahun depan. Hal ini pada gilirannya membatasi daya tarik terhadap emas.
"Itu (mundurnya harga emas) dimulai dengan kekuatan dolar melemahkan logam dan minyak mentah; dolar tampaknya menjadi surga, ”kata George Gero, Direktur Pelaksana di RBC Wealth Management.

"Harga emas, bagaimanapun, akan terus didukung karena di samping kekhawatiran pemakzulan, di mana pun investor melihat, ia tidak melihat apa pun kecuali kekhawatiran baru yang mendukung harga emas seperti kelanjutan masalah Timur Tengah, pembicaraan tarif dengan China dan lain-lain," lanjut dia.
Pada hari Selasa, harga emas mencapai level tertinggi sejak 5 September di USD 1.535,60.


Sanksi AS Terhadap China

Menambah latar belakang yang semakin rapuh pada geopolitik global, Sekretaris Negara A.S. Mike Pompeo pada Rabu mengumumkan Amerika Serikat memberlakukan sanksi terhadap entitas China tertentu karena secara sadar mentransfer minyak dari Iran.

"Faktor mendasar utama memegang emas di dekat tertinggi adalah utang yang ada di luar sana dengan semua negara ini dan suku bunga negatif ... jadi ketika Anda memilikinya, Anda perlu memiliki emas, apa lagi yang akan Anda gunakan untuk melindungi inflasi, ”Kata Michael Matousek, Kepala Pedagang di US Global Investors.

“Anda dapat menggunakan bitcoin, tetapi emas tidak bisa diretas; bitcoin bisa diretas, emas adalah bitcoin yang tidak bisa diretas," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Share:

Harga Ayam Kembali Anjlok, Peternak Gelar Aksi Demo Hari Ini

 Para peternak nasional kembali menggelar aksi unjuk rasa hari ini. Unjuk rasa tersebut terkait dengan kembali anjloknya harga ayam hidup di tingkat peternak.

Perwakilan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia Parjuni mengatakan saat ini harga ayam hidup di tingkat peternak kembali anjlok dan jauh dari Harga Pokok Produksi (HPP) ditingkat peternak.

"Kami peternak rakyat mandiri akan melakukan Aksi Demonstrasi Damai untuk menyampaikan tuntutan dan aspirasi kepada pemerintah dan pihak terkait untuk Menuntut Kestabilan Harga Ayam Hidup dan Penegakan Regulasi," ujar dia di Jakarta, Kamis (26/9/2019).

Aksi unjuk rasa tersebut akan dilaksanakan pada hari ini Kamis, 26 September 2019 pada pukul 08.30 WIB. Lokasi unjuk rasa ini di depan Kantor Kementerian Pertanian RI, dengan jumlah peserta aksi 700 orang.

Dalam aksi tersebut, para peternak membawa sejumlah tuntutan yang akan disampaikan kepada pemerintah dan korporasi skala besar, salah satunya yaitu meminta pemerintah untuk menaikkan harga ayam hidup di tingkat peternak.


11 Tuntutan Peternak

1. Jangka pendek, naikan harga ayam hidup (live bird/LB) dan jaga kestabilan harga LBdiatas HPP peternak unggas rakyat mandiri (Permendag 96 Tahun 2018).
2. Perusahaan integrasi dan afiliasinya dilarang menjual ayam hidup ke pasar becek.
3. Perusahaan integrasi dan afiliasinya, wajib memotong 100 persen ayam produksinya diRPA dan menjual ke modern market. Bagi perusahaan yang tidak dapat melakukanwajib diberikan sanksi berupa penutupan usaha.
4. Perusahaan dan peternak yang memiliki populasi chick in 300 ribu per minggu,wajib memiliki RPA dengan kapasitas potong minimal 50% dari produksi.
5. Perlindungan dan segmentasi pasar ayam segar hanya untuk peternak unggasrakyat mandiri.
6. Perusahaan integrasi wajib melakukan penjualan dan pengembangan pasar ekspor.
7. Produsen DOC harus menjual minimal 60 persen DOC nya ke peternak unggas rakyatmandiri dengan harga yang wajar dan kualitas baik.
8. Memastikan ketersedian jagung dengan harga wajar, sehingga peternak unggasrakyat mandiri menikmati harga pakan yang terjangkau dan wajar dengan kualitasyang baik.
9. Bubarkan tim analisa dan asistensi Direktorat Jenderal Peternakan dan KesehatanHewan, Kementerian Pertanian sebagai konsekuensi gagalnya hasil kinerja danperencanaan produksi perunggasan nasional yang menyebabkan harga ayam hidupjatuh dibawah HPP peternak unggas rakyat mandiri.
10. Menuntut pemerintah untuk terus menumbuh kembangkan peternak unggasrakyat mandiri. Pemerintah yang berhasil adalah yang menciptakan 1 juta peternakunggas rakyat mandiri, bukan hanya membesarkan 12 konglomerasi perunggasan.
11. Terbitkan Perpres untuk penataan iklim usaha perunggasan nasional yangberkeadilan dan melindungi peternak unggas rakyat mandiri sesuai UU 18 tahun2009 jo UU 41 tahun 2014 pasal 33.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Share:

Perang Dagang China-AS Diprediksi Berlanjut hingga 2020

Asian Development Bank (ADB) memprediksi perang dagang antara China dengan Amerika Serikat (AS) masih berlanjut hingga 2020. Kondisi tersebut akan membuat ekonomi beberapa negara di dunia dalam kondisi sulit.

Kepala Ekonom ADB Yasuyuki Sawada mengatakan, negara-negara di Asia harus mampu mengantisipasi hal tersebut sejak dini. Hal ini disampaikan dalam Asian Development Outlook 2019 update, Jakarta, Rabu (25/9).

"Konflik perdagangan antara China dan AS sangat mungkin akan berlanjut hingga 2020, sedangkan sejumlah perekonomian utama di dunia diperkirakan akan mengalami kesulitan Iebih besar daripada yang diantisipasi saat ini," ujarnya.

Khusus Asia, melemahnya momentum perdagangan dan menurunnya investasi menjadi perhatian utama. Tahun ini dan tahun depan, pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia yang sedang berkembang diperkirakan akan tumbuh 6 persen.

"Para pembuat kebijakan perlu memantau isu-isu ini dengan seksama," jelas Yasuyuki.
Secara rinci, ADB memprediksi perekonomian China akan tumbuh 6,2 persen tahun ini, dan 6 persen tahun depan. Asia Tenggara secara keseluruhan diperkirakan akan tumbuh 4,5 persen pada 2019 dan 4,7 persen pada 2020, sedangkan Asia Timur akan berekspansi hingga 5,5 persen di 2019 dan 5,4 persen pada tahun depan.


Antisipasi BI Hadapi Memanasnya Perang Dagang AS-China

Bank Indonesia (BI) terus memperkuat strategi operasi moneter untuk mendukung upaya menjaga kecukupan likuiditas dan meningkatkan efisiensi pasar uang. Ini demi memperkuat transmisi bauran kebijakan yang akomodatif.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pelonggaran kebijakan BI dilakukan melihat risiko ketegangan hubungan dagang AS-China yang berlanjut. Panasnya perang dagang telah membawa ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi.

"Selain itu kenaikan tarif dagang oleh AS dan Tiongkok yang terus berlangsung makin menurunkan volume perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia. Perekonomian AS tumbuh melambat akibat penurunan ekspor dan investasi nonresidensial," ujar dia di Jakarta, Kamis (19/9/2019).

Sebab itu, dia mengatakan, BI akan melanjutkan untuk menempuh bauran kebijakan akomodatif. Caranya dengan memangkas suku bunga, perlonggar makroprudensial, sistem pembayaran, dan operasi moneter.



Turunkan DP KPR

Selain memangkas suku bunga acuan, BI juga menurunkan uang muka (down payment/DP) melalui skema loan to value (LTV) pada kredit properti seperti KPR hingga kendaraan bermotor.
Relaksasi ini dilakukan untuk menjaga stabilitas eksternal sekaligus upaya menopang pertumbuhan ekonomi.

"Perekonomian dunia yang melambat mendorong komoditas global kembali menurun. Kondisi ini direspons banyak negara yang melakukan stimulus fiskal dan melonggarkan kebijakan moneter," ujarnya.

Dia menegaskan jika BI sejak awal tahun memang sudah mengarahkan kebijakan untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi. "Langkah ini kita perkuat sebagai antisipasi terhadap perang dagang AS-Tiongkok," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Share:

Recent Posts